
Peneliti membuktikan kemampuan antikanker temulawak.
Rimpang temulawak selama ini identik dengan hepatoprotektor alias pelindung hati. Banyak orang mafhum. Khasiat itu berkat kandungan xantorizol dan gugus kurkuminoid yang bermanfaat sebagai pelindung hati. Kurkuminoid—pemberi warna kuning pada rimpang Curcuma xanthorrhiza itu—berfungsi menetralkan racun, mencegah penumpukan lemak pada sel hati, dan sebagai antioksidan, sehingga temulawak identik sebagai hepatoprotektor.
Ternyata temulawak memiliki khasiat lain, yaitu antikanker payudara. Kemampuan itu penting lantaran di Indonesia, kanker payudara menduduki peringkat ke-2 paling banyak menyerang setelah kanker leher rahim. Kanker payudara juga menjadi masalah dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperlihatkan penderita kanker payudara di dunia setiap tahun 7-juta jiwa. Dari jumlah itu 5-juta penderita (71%) menemui ajal setiap tahun.
Antiproliferasi
Menurut dokter di klinik Citra Insani, Kota Sukabumi, Jawa Barat, dr Erica Gusnawati, kanker payudara penyakit neoplasma ganas di jaringan parenkim payudara dan merupakan mutasi dari sel normal. Gejalanya antara lain munculnya benjolan, perubahan tekstur kulit payudara, dan perubahan warna menjadi merah muda atau kecokelatan sampai kemerahan sehingga kulit tampak seperti kulit jeruk (mengerut).
Gejala lebih lanjut berupa kulit atau puting payudara tertarik ke dalam (retraksi), keluarnya nanah atau darah dari puting payudara, dan muncul lesung di kulit payudara. Untuk membuktikan khasiat antikanker temulawak, Ida Musfiroh dan rekan dari Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, menggunakan 5.945 g serbuk temulawak. Ia peroleh serbuk temulawak dari kebun Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Manoko, Lembang.
Periset merendam serbuk dalam metanol selama 3 hari lalu mengendapkan di sentrifus berkecepatan 80 rpm sambil memanaskan dengan suhu 40—50°C. Ia lantas menguapkan pelarut metanol yang tersisa dengan pemanasan pada suhu 40°C. Tahap itu menghasilkan ekstrak kental. Selanjutnya Ida menguji kemampuan antiproliferasi ekstrak, fraksi etil asetat, isolat dari fraksi etil asetat, dan ekstrak temulawak murni.
Dalam uji itu Ida menggunakan sel kanker payudara T-47D. Proliferasi adalah pertumbuhan sel yang kecepatannya melebihi normal. Aktivitas bahan herbal itu dibandingkan dengan Cisplatin—obat medis kemoterapi. Ida menggunakan metode Elisa plate reader yang hasilnya lebih jelas, stabil, dapat dilihat mata telanjang, dan sensitif untuk mengukur aktivitas sitotoksik suatu obat.
Perangkat Elisa menunjukkan persentase sel kanker yang tersisa. Semakin kecil persentase sel kanker yang tersisa, semakin baik kemampuan antiproliferasi. Kenaikan konsentrasi Cisplatin, ekstrak murni, fraksi etil asetat, dan isolat fraksi etil asetat meningkatkan aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker payudara T-47D. Nilai IC50 untuk ekstrak serbuk temulawak mencapai 19,15 µg/ml.
Bandingkan dengan nilai IC50 untuk fraksi etil asetat 17,07 µg/ml dan isolat 19,22 µg/ml. Menurut Ida bahwa ketiga zat uji memiliki toksisitas yang kuat terhadap sel kanker payudara T-47D. Hasil penelitian itu membuktikan bahwa kandungan temulawak menghambat proliferasi atau pembelahan sel kanker payudara secara cepat. Xantorizol dapat menekan pertumbuhan tumor dan kanker, adapun kurkumin menghambat penggandaan sel tumor dengan memicu bunuh diri sel kanker.
Siap konsumsi
Executive Vice President Supply and Operations PT Soho Global Health, Made Dharma Wijaya, menyatakan zat aktif dalam temulawak adalah kurkumin dan xanthorizol. PT Soho mengembangkan kedua bahan aktif itu sebagai bahan baku produk yang bermanfaat menjaga kesehatan hati dan memperbaiki nafsu makan. PT Soho Global Health memproduksi beberapa varian produk berbentuk tablet, sirop, suspensi, dan susu bubuk dengan tambahan temulawak. Selain temulawak ditambahkan pula beberapa bahan pendukung seperti vitamin, ekstrak buah dan sayur, asam dokosaheksaenoat (docosahexaenoic acid, DHA), dan probiotik.
Untuk memilih bahan baku temulawak yang baik, perusahaan yang berdiri pada 1951 itu bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor dan Kementerian Pertanian. Penelitian itu untuk mengetahui varietas terbaik yang mempunyai kandungan zat aktif paling berkualitas. Dengan cara budidaya organik, penelitian itu menghasilkan varietas yang dapat menghasilkan bahan baku terbaik.
Menurut Made Dharma untuk menjaga kualitas bahan terbaik, PT Soho membangun Soho Center of Excellence in Herbal Research (SCEHR) di Sukabumi, Jawa Barat. Tempat itu sebagai percontohan bagi para petani mitra agar bisa mengimplementasikan cara budidaya dan pascapanen yang agar menghasilkan bahan baku berkualitas sesuai dengan standar.Menurut Bambang Rijanto, manajer penelitian dan pengembangan PT Helmigs Prima Sejahtera, temulawak berkhasiat hepatoprotektor, menurunkan kolesterol, antiinflamasi, antioksidan, dan antikanker. Zat aktif yang paling berperan adalah kurkumin.
Sayangnya, memperoleh kurkumin dari temulawak memerlukan proses rumit. “Kalau hanya direbus saja kurang efektif dan kadar kurkumin hampir tidak ada,” kata Bambang. Helmigs memproduksi temulawak siap konsumsi dalam bentuk serbuk swalarut (effervescent), minuman berkarbonasi, tablet, permen, dan sabun.
Kemampuan temulawak meredakan kanker payudara itu dibuktikan Sutirah di Jakarta Utara. Perempuan 47 tahun itu menderita kanker payudara dengan munculnya gejala benjolan di payudara sebelah kirinya. Setelah 10 hari konsumsi temulawak, perlahan bejolan di payudaranya menghilang (baca: “Khasiat Anyar Temulawak” halaman 84—85). Temulawak terbukti secara sahih mampu menjinakkan kanker payudara. (Muhammad Awaluddin).