Peran Aktif Kolaborasi Daerah, Energi Positif Keberhasilan Gerakan Selamatkan Pangan

10 Juli 2025

Persoalan Susut dan Sisa Pangan (SSP) atau food loss and waste kian menjadi perhatian dunia. Berdasarkan Food Waste Index Report UNEP 2024, sebanyak 13,2 persen dari total produksi pangan global mengalami penyusutan dan 19 persen terbuang percuma karena perilaku konsumtif yang belum bijak. Merespons tantangan tersebut, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus mendorong sinergi lintas sektor, termasuk pemerintah daerah, untuk bersama-sama menggerakkan upaya penyelamatan pangan secara masif dan berkelanjutan.

“Penyelesaian masalah susut dan sisa pangan tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu gotong royong dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat. NFA mendorong kerja kolaboratif yang nyata untuk menjawab tantangan ini,” kata Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, Nita Yulianisni, saat menghadiri Rapat Koordinasi Gerakan Selamatkan Pangan Provinsi Papua, Selasa (8/7/2025).

Nita mengapresiasi Dinas Pertanian, Hortikultura, dan Pangan Provinsi Papua yang telah menginisiasi pertemuan ini. Menurutnya, pertemuan ini menjadi langkah awal yang penting untuk menyatukan arah dan membangun sinergi antarpihak dalam mendukung Gerakan Selamatkan Pangan di wilayah Papua. “Energi positif pertemuan ini sangat terasa.

Hal ini terlihat dari semangat para peserta yang mulai menyadari potensi peran mereka dalam mendukung gerakan ini,” tambahnya. Nita juga mencatat bahwa Provinsi Papua baru memasuki tahun pertama dalam menerima dana dekonsentrasi (dekon) dari pemerintah pusat. Oleh karena itu, saat ini masih dalam tahap awal pemetaan terhadap pihak-pihak yang dapat dilibatkan dalam program penyelamatan pangan ke depan.

“Papua sedang menyusun langkah dasar. Mereka baru tahun pertama menerima dana dekon, jadi masih tahap pemetaan pihak-pihak yang bisa dilibatkan. Ini langkah penting untuk memastikan kolaborasi yang tepat sasaran,” jelasnya.

Sementara itu, Asisten II Bidang Perekonomian Setda Provinsi Papua, Setyo Wahyudi, dalam sambutannya menyampaikan bahwa penyelamatan pangan bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga menyangkut keadilan sosial dan tanggung jawab ekologis “Pangan yang terbuang sama artinya dengan membuang energi, lahan, air, dan tenaga kerja. Kita harus lebih bijak agar pangan tidak sia-sia, karena di sisi lain masih banyak saudara kita yang kekurangan gizi dan kelaparan,” tegasnya. Di sisi lain, praktik lokal dalam pemanfaatan sisa pangan pun mulai diperhatikan.

Beberapa rumah makan dan hotel di wilayah ini telah menerapkan kebiasaan mendaur ulang sisa makanan sebagai pakan ternak. “Biasanya kalau rumah makan dan hotel, umumnya sisa makanannya tidak dibuang, tapi dimasukkan dalam ember dan nantinya diambil oleh peternak sebagai pakan. Ini contoh praktik sederhana tapi bermanfaat,” ujar Setyo Wahyudi.

Rapat koordinasi ini turut dihadiri oleh Kepala Bapperida, Kepala Balai POM, kepala dinas pangan kabupaten/kota, perwakilan Bulog Jayapura, penggiat dari BAZNAS, pelaku usaha ritel seperti SAGA, Hotel Horison, organisasi internasional WWF Papua, serta sejumlah OPD terkait. Melalui forum ini, Gerakan Selamatkan Pangan di Papua diharapkan menjadi gerakan kolektif yang bukan hanya menyentuh tataran kebijakan, tetapi juga praktik nyata yang mengakar dalam kehidupan masyarakat.