02 Desember 2025
Pemerintah memegang tanggung jawab besar sebagaimana diamanatkan UU Nomor 18 Tahun 2012 dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015, yaitu memastikan pangan tersedia, terjangkau, dan dapat dimanfaatkan seluruh lapisan masyarakat. Amanat inilah yang kemudian diwujudkan dalam bentuk Kios Pangan Murah (KPM), sebuah intervensi nyata yang menghadirkan komoditas pokok dengan harga lebih rendah dari harga pasar. Kios Pangan membantu masyarakat mendapatkan komoditas pangan dengan harga terjangkau, terutama bagi masyarakat yang kurang mampu.
Bentuknya sederhana berupa kios atau toko kecil dengan izin usaha resmi—namun pengaruhnya luar biasa, yaitu memastikan aliran pangan sampai ke permukaan yang bersentuhan langsung dengan persoalan kebutuhan sehari-hari. Sepanjang tahun 2025, sebanyak 508 KPM dibentuk dan tersebar di 27 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Model pengelolaannya pun dirancang agar berakar kuat di masyarakat.
Pemerintah menggandeng warung setempat, BUMDes, dan Koperasi Desa Merah Putih untuk menjalankan fungsi distribusi sekaligus menjaga alur pasokan di masing-masing titik. Untuk menekan harga jual di tingkat konsumen, DISHANPAN Provinsi Jawa Tengah mengalokasikan anggaran signifikan, yaitu Rp.3,55 Milyar. Dana ini berfungsi untuk memfasilitasi biaya distribusi—seperti transportasi, pengemasan, dan bongkar muat dari distributor hingga ke Kios Pangan.
Komoditas yang difasilitasi merupakan bahan pangan strategis yang kerap mengalami fluktuasi di atas Harga Acuan Pembelian (HAP), seperti gula pasir dan minyak goreng. Telur juga menjadi salah satu komoditas utama karena berperan penting dalam pemenuhan protein hewani, terutama pada daerah rawan pangan tempat sebagian besar Kios Pangan berada. Di tengah upaya menjaga stabilitas pangan nasional, hadir cerita-cerita kecil di lapangan.
Salah satunya tampak dari sebuah Kios Pangan di sudut sebuah desa di Klaten. Hanan Grosir Sembako, yang telah berdiri sejak satu tahun lalu, menjadi tempat warga sekitar bergantung memenuhi kebutuhan pokok mereka setiap hari. Antusiasme masyarakat sangat tinggi karena harga komoditas pangan yang terjangkau dan kemudahan akses yang mereka rasakan di tempat ini.
Tingginya minat masyarakat di desa kecil itu membuat stok bahan pangan seringkali habis dalam waktu singkat, contohnya telur selalu ludes terjual sebanyak 75 kilogram dalam tiga hari saja. Namun sang pemilik kios memastikan pasokan tetap lancar. Begitu komoditas seperti beras atau gula mulai menipis, ia segera menghubungi distributor.
Cara kerja yang sederhana namun sigap ini membuat arus barang tetap terjaga. Kisah serupa muncul jauh ke sudut kota Magelang, tempat sebuah usaha kecil lain menjalankan peran penting bagi warga sekitar. Telah berdiri selama satu tahun terakhir, Kios Pangan Yuni Criping mampu menjaga ketersediaan pasokan bahan pokok.
Berbagai komoditas pangan, mulai dari beras, minyak, telur, dan gula datang secara rutin berkat dukungan distribusi dari pemerintah daerah. Bagi warga, keberadaan titik layanan seperti ini memberi rasa lega karena kebutuhan dapur dapat dipenuhi tanpa harus pergi jauh. Suasana hangat seperti ini menggambarkan bagaimana intervensi pangan bekerja secara nyata.
Bukan hanya soal pengiriman komoditas, tetapi juga tentang menghadirkan rasa aman bahwa kebutuhan dasar selalu tersedia. Dari Klaten hingga Magelang, kehadiran Kios Pangan Murah menjadi bukti nyata bahwa program stabilisasi pangan benar-benar menyentuh kehidupan masyarakat di tingkat paling dekat. Melalui usaha-usaha kecil yang tersebar di berbagai daerah, hubungan antara negara dan warganya terlihat jelas.
Setiap pasokan yang datang tepat waktu dan setiap transaksi yang meringankan pengeluaran keluarga menunjukkan satu hal, yakni hadirnya sebuah dukungan yang membuat dapur tetap menyala dan kehidupan sehari-hari berjalan lebih tenang.