Atasi Fluktuasi Harga Cabai, Bapanas Perkuat Mobilisasi Stok dari Daerah Sentra Produksi

17 Desember 2025

JAKARTA – Dinamika harga cabai yang dipengaruhi musim penghujan di akhir tahun menjadi pemantik aksi intervensi pemerintah. Terlebih, menjelang momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) serta libur panjang, masyarakat perlu mendapatkan akses pangan pokok strategis yang tersedia dengan harga yang wajar. "Hal yang perlu diantisipasi karena akhir tahun biasanya musim hujan, produk hortikultura seperti sayuran dan cabai memang rentan terhadap perubahan cuaca.

Khusus cabai, ini agak berbeda. Begitu perubahan cuaca, misalnya hujan, biasanya para petani tidak metik atau petikannya tidak sebanyak kalau kondisi normal," ungkap Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas Maino Dwi Hartono di Jakarta, Senin (15/12/2025). "Di Jakarta juga seperti itu kondisinya.

Pada saat musim hujan di daerah-daerah sentra mungkin pemetikannya kurang, sehingga harga terkoreksi. Nah begitu nanti kondisi normal akan kembali ke normal. Solusinya bagaimana produksi-produksi cabai di daerah-daerah sentra ini bisa dimobilisasi untuk ke daerah-daerah yang kekurangan," ungkap Maino.

Untuk itu, Bapanas memfasilitasi secara business to business agar pedagang besar cabai di Jakarta dapat melakukan pembelian langsung dari petani cabai di Aceh Tengah. Dengan rerata pasokan 13 ton per hari, mobilisasi stok cabai dari Aceh Tengah akan didistribusikan ke Pasar Induk Senen, Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Induk Tanah Tinggi, Pasar Induk Cibitung sampai Pasar Induk Caringin Bandung. Selain Aceh Tengah, dalam pantauan Bapanas, daerah sentra produksi cabai dengan harga yang relatif terjangkau masih ada di Kabupaten Jeneponto, Enrekang, dan Wajo Sulawesi Selatan.

Ini akan ditindaklanjuti kembali oleh Bapanas bersama Kementerian Pertanian terkait penjajakan mobilisasi stok. "Memang ada tantangan distribusi karena faktor cuaca dan sebagainya, yang kemudian bisa menyebabkan terganggu pasokan dan ujungnya terkoreksi harga tadi. Nah tapi kita terus lihat perkembangannya day per day secara nasional," sebut Direktur Maino.

"Program kerja sama antar daerah, ini sudah berjalan dalam sekian tahun terakhir. Bagaimana daerah-daerah yang bukan sentra, itu melaksanakan kerja sama dengan daerah sentra. Hal yang lainnya ada peranan pemerintah daerah, bagaimana membantu biaya distribusi, biaya transportasi, sehingga membantu masyarakat bisa menikmati harga pangan dengan harga baik tentunya," tambah Maino.

Dalam pantauan harga melalui Panel Harga Pangan per 14 Desember, daerah dengan rerata harga cabai tingkat produsen yang masih baik, ada di Sulawesi Utara (Sulut) dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Di Sulut, komoditas cabai merah kering dan cabai merah besar masing-masing memiliki rerata harga Rp 20.000 per kilogram (kg) dan Rp 30.000 per kg. Sementara di Sulsel cabai rawit merah di Rp 30.750 per kg.

Adapun tantangan distribusi produk hortikultura ini telah diingatkan pula oleh Kepala Bapanas yang juga mengemban amanah Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. Amran telah meminta jajarannya untuk segera bertindak dalam upaya meminimalisir fluktuasi harga. "Cabai kami sudah minta Dirjen Hortikultura.

Cabai dan bawang, karena bawang merah kita sudah ekspor juga. Nah tinggal distribusinya yang perlu kita kuatkan," kata Amran (11/12/2025) yang lalu. Proyeksi Neraca Pangan per Desember 2025, produksi bulanan cabai besar diestimasikan meningkat 22,3 persen di Desember dibandingkan November.

Cabai besar di Desember dapat mencapai produksi 127,8 ribu ton, sementara November 104,5 ribu ton. Untuk produksi cabai rawit di Desember 2025 ini diperkirakan dapat mencapai 108,6 ribu ton. Sementara kebutuhan konsumsi cabai rawit bulanan secara nasional untuk cabai besar dan cabai rawit merah berada di kisaran 76 ribu sampai 78 ribu ton.

Dengan begitu, produksi bulanan masih cukup memenuhi kebutuhan konsumsi.